Saturday 14 June 2014

Kunjungan Usaha Tenun Kain Songket




LAPORAN KUNJUNGAN USAHA
“TENUN KAIN SONGKET”
Dosen Pengampu : Umi Aniroh, S.Kep., Ns.

560645_369829666434930_1034263360_n.jpg

Oleh :
Nama   : Yeni Sartika
Prodi    : PSIK (Semester II)
NIM      : 010113a125


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN
2013/2014

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Profil usaha
Nama : ibu sumini
Alamat : Dusun keloka,desa batujai ,kecamatan praya barat,NTB
Umur : 39 tahun
Agama : islam
B.       Identitas usaha
Tenun songket merupakan hasil kerajinan tangan asli Indonesia,kain songket menjadi salah satu daya tarik bagi para wisatawan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Oleh karena itu banyak sekali tempat-tempat pelestarian kerajinan songket di berbagai daerah penghasil kerajinan ini di Indonesia.
“Kain Songket Ibu Sumini” merupakan salah satu tempat penghasil kain songket khas sasak dengan berbagai motif. Tempat pembuatan songket ini memang belum di berikan nama yang pasti,tetapi para warga biasa menyebutnya dengan “Kain Songket Ibu Sumini’.
C.       Sejarah usaha
Membuat kerajinan tenun songket sudah turun temurun dilakukan oleh keluarga ibu sumini. Beliau mengatakan bahwa sebelumnya beliau juga tidak bisa membuat tenun songket,karena di daerah asal beliau sudah tidak ada yang membuat tenun songket,tetapi setelah menikah,di daerah suami ibu sumini semua wanita di wajibkan untuk bisa menenun kain songket,sehinga ibu sumini pun belajar dari sang ibu mertua hingga menjadi sangat terampil seperti sekarang ini. Mulanya ibu sumini hanya membuat kain songket untuk di gunakan oleh anggota keluarga ketika ada upacara adat ataupun pernikahan,karena melihat hasil tenun ibu sumini dengan motif yang sangat bagus, kemudian salah seorang keluarga ibu sumini meminta untuk di buatkan kain songket, ibu sumini kemudian membuatkan songket untuk keluarganya tersebut tanpa berfikir untuk menjualnya,tapi keluarga ibu sumini malah membayar kain songket itu,dan mengatakan bahwa teman dari keluarga ibu sumini tersebut juga ingin di buatkan songket,begitulah kemudian kain songket buatan ibu sumini mulai terkenal dari mulut ke mulut.
D.      Lokasi
Lokasi usaha ibu sumini ini bertempat di rumah ibu sumini sendiri,yaitu di Dusun Keloka Desa Batujai Kecamatan Praya Barat,NTB. ibu sumini melakukan atau membuat kain songket di beranda depan rumahnya,disana cukup untuk menampung 4-5 pembuat kain songket.
E.       Status usaha
Usaha kain songket milik ibu sumini ini merupakan usaha milik sendiri,karena ibu sumini membuat kain songket dengan peralatan sendiri dan membeli semua bahan-bahan untuk membuat kain songket sendiri,dan pembuatannya pun dilakukan di rumah beliau.
F.        Pemilik modal
Untuk modal,ibu sumini tidak memerlukan modal yang besar untuk membuat kain songket,untuk modal awal ketika ibu sumini pertama kali membuat songket di dapat dari hasil bekerja disawah selama beberapa hari,kemudian ibu sumini bisa membeli benang dan bahan-bahan lain untuk membuat kain songket,modal pertama ibu sumini ini hanya sekitar Rp100.000, sedangkan untuk peralatan merupakan pemberian dari ibu mertua beliau.
G.      Kronologis Status usaha dan perubahan manage
Ibu sumini mulanya tidak terfikirkan untuk membuat usaha songket ini,tapi melihat banyaknya orang-orang yang memesan songketnya,ibu sumini menjadi terarik untuk menekuni usahanya ini,disamping itu kebutuhan keluarga yang mendesak juga membuat ibu sumini melihat usaha songket ini menjadi suatu usaha yang menjanjikan.
H.      Susunan pengurus
Kepengurusan usaha tenun songket ibu sumini di bantu oleh pak karim,yaitu adik ipar dari ibu sumini yang berprofesi sebagai guide. Pak karim yang nantinya akan mengurus kain-kain songket tersebut hingga sampai ke tangan para wisatawan. Ibu sumini yang mengkoordinir ibu-ibu lain untuk membuat songket sesuai dengan pesanan,kemudian akan di kirim pada pak karim untuk di jual pada para wisatawan Tapi juga terkadang ibu sumini sendiri yang mengurus  semuanya apabila songket di pesan langsung pada ibu sumini oleh para warga sekitar. Sedangkan untuk hasil penjualan maupun pengeluaran sepenuhnya di pegang dan di kelola oleh ibu sumini sendiri.
 
BAB II
PEMBAHASAN
A.      Produksi
1.      Produksi utama
Produksi utama dari kain songket ibu sumini adalah kain songket khas asli suku sasak seperti ragi genep,pelangi,bangket,bintang,wayang,erang-erang dan lain sebagainya dengan berbagai motif dan warna yang sangat khas.
2.      Produksi sampingan
Produksi sampingan dari usaha ibu sumini ini adalah selendang songket dan kain tenun ikat atau biasa di sebut dengan sabuk. Selendang yang di buat bisa di pesan sesuai dengan songket atau menjadi pasangan songket,atau bisa juga hanya selendang saja. Kemudian untuk kain tenun ikat atau sabuk terdiri dari dua macam yaitu sabuk kedogan dan sabuk anteng. Sabuk kedogan adalah sabuk dengan warna dasar putih dengan garis-garis merah,orange,dan hijau,sabuk jenis ini biasa di gunakan oleh orang-orang dewasa. Sedangkan sabuk anteng adalah sabuk dengan warna dasar merah gelap atau merah maroon dengan garis-garis putih,hijau,dan orange,sabuk jenis ini biasa di gunakan atau di padukan dengan baju adat khas sasak yaitu lambung.

3.      Produksi perbulan
Ibu sumini bisa membuat 1-2 kain songket dalam waktu dua minggu tergantung dari mudah dan sulitnya motif kain songket yang di buat. Dengan di bantu oleh  anaknya kini ibu sumini bisa menghasilkan kain songket rata-rata 5-7 kain songket setiap bulannya.

4.      Masa produksi
bu sumini dan ibu-ibu lain  rata-rata setiap hari menenun selama enam jam,tapi apabila sedang tidak ada aktivitas lain seperti bekerja di sawah,maka mereka dapat menenun hingga delapan jam dalam sehari,yang di mulai dari jam delapan pagi sampai dengan jam lima sore.
B.        Pemasaran
1.      Pangsa pasar
Yang menjadi sasaran usaha dalam penjualan kain songket ini adalah para warga dan wisatawan,untuk para warga biasanya dapat memesan langsung dan memilih sendiri motif maupun jenis kain songket yang diinginkan. Sedangkan untuk para wisatawan biasnya kain songket akan di jual sendiri oleh ibu sumini ke agen atau ke art shop yang sering di kunjungi oleh wisatawan, dan harganya pun bias lebih tinggi.
2.      Rencana pembangunan pemasaran
Ibu sumini berencana untuk memperluas usaha kain songketnya dengan mengajak para ibu-ibu rumah tangga sekitar untuk membuat kain songket. Rencana ini diperkirakan oleh ibu sumini dapat menambah penghasilan dari usaha tenun songketnya,di samping itu juga bisa memberikan kegiatan bagi ibu-ibu rumah tangga yang biasanya hanya diam di rumah tanpa ada penghasilan. Dan rencana ini sudah di mulai ibu sumini sejak dua bulan lalu. Tiga orang ibu rumah tangga di dekat rumah ibu sumini kini juga membuat kain songket,kemudian kain songket yang mereka buat akan di jual pada ibu sumini,yang kemudian nantinya akan di beli oleh agen dengan harga yang lebih tinggi.
3.      Media atau agen
Dalam memasarkan kain songketnya ibu sumini di bantu oleh adik iparnya yang bernama Pak Karim. Pak karim adalah seorang guide yang sering membawa tourist ke dusun ibu sumini untuk memperkenalkan adat istiadat sasak di dusun tersebuat,dan para tourist sangat tertarik dengan kain songket. Biasanya pak karim akan memesan songket sekitar 1 sampai 2 bulan dalam jumlah yang banyak sebelum membawa tourist atau biasa di sebut tamu oleh ibu sumini.
C.      Kapasitas produksi
Denga adanya pak karim sebagai agen dalam pemasaran,dan ibu-ibu atau para tetangga yang membantu  dalam pembuatan songket,ibu sumini bisa menjual rata-rata 20 kain songket setiap bulannya. Kain songket ibu sumini di beri harga sesuai dengan tingkat kesulitan motif dan harga bahan-bahan yang di gunakan. Misalnya seperti songket erang-erang bisa  di hargai sekitar Rp300.000, dengan panjang kain songket sekitar empat meter. ibu sumini akan membeli kain songket dari ibu-ibu rumah tangga atau tetangganya seharga Rp270.000. harga benang yang di gunakan untuk membuat songket jenis ini biasanya lima puluh sampai dengan enam puluh lima ribu. untuk satu buah kain songket motif erang-erang ibu sumini bisa memperoleh keuntungan sekitar Rp30.000 ,sehingga untuk 20 kain songket ibu sumini bisa memperoleh sekitar 600.000 setiap bulannya. Jenis kain songket yang paling mahal adalah  Keker,untuk satu buah kain songket jenis ini bisa dijual seharga p500.000,karena motif ini diaggap adalah yang paling rumit dan bahannya paling  banyak daripada jenis yang lain.
D.      Analisis prinsip-prinsip usaha
Berdasarkan dari pembahasan mengenai usha ibu sumini diatas,Prinsip-prinsip usaha yang munngkin di terapkan oleh ibu sumini adalah:
1.      Memulai suatu usaha harus di mulai dari nol
Ibu sumini benar-benar memulai usahanya dari nol,baik dari keterampilan maupun modah materi yang digunakan untuk membuat songket pertamanya.
2.      Ketekunan
Ketekunan ibu sumini dalam membuat kain songket telah membawanya sebagai seorang penenun da penjual songket yang professional,dengan kemauan dan tekad kuat ia belajar untuk embuat kain songket dari ibu mertuanya.
3.      Keterampilan sangat di butuhkan dalam berwirausaha
Tanpa adanya keterampilan,ibu sumini tidak akan bisa membuat kain songket khas sasak yang memiliki motif-motif yang bagus dan unik.  
4.      Dorongan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
Sebagai seorang ibu rumah tangga ibu sumini tentu memiliki bnayak sekali kebutuhan,dari uang untuk belanja kebutuhan rumah sampai dengan uang jajan anak-anaknya. Dengan membuat kain songket  ibu sumini bisa membantu suami memenuhi kebutuhan tersebut.

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Usaha kain songket merupakan suatu usaha yang tidak hanya untuk menghasilkan materi saja,tapi di samping itu juga dapat melestarikan budaya peninggalan nenek moyang. Pembuatan kain songket sudah dilakukan secara turun temurun,yang mulanya hanya di gunakan sebagai pakaian adat suku sasak saja,kini sudah bisa pula di kenal di mancanegara,dan tentunya juga memberi penghasilan bagi para pengrajinnya.
B.       Saran
1.         Pemerintah harus lebih memperhatikan kain tenun songket Lombok sebagai salah satu budaya Indonesia yang harus di lestarikan,karena selama ini pemerintah daerah maupun nasional belum memberikan modal bagi pengembangan usaha kain songket.
2.         Para pengrajin songket diharapkan untuk dapat menurunkan atau meneruskan tradisi pembuatan kain songket khas sasak ini secara turun-temurun dari generasi ke generasi agar tidak punah di telan zaman.



Monday 16 December 2013

INTERVENSI PSIKOLOGIS

INTERVENSI DALAM PSIKOLOGI KLINIS


A.          DEFINISI INTERVENSI
a.  Intervensi adalah upaya untuk mengubah perilaku, pikiran, atau perasaan seseorang (Markam, 2003). dapat dilakukan oleh profesional/ terapis bidang lain (tidak harus  psikolog) à misal: iklan.
b.  Intervensi klinis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan klinisi untuk mengubah perilaku atau keadaan sosial dengan sengaja sesuai tujuan yang dikehendaki (Nietzel, 1998). Bentuk intervensi klinis: psikoterapi, rehabilitasi psikososial, & preventif.
Istilah intervensi secara umum adalah upaya untuk merubah perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Intervensi tidak hanya dilakukan oleh psikolog dan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu intervensi dalam konteks hubungan professional antara psikolog dan pasien adalah psikoterapi. Makalah ini akan membahas gambaran umum mengenai definsi psikoterapi, tujuan psikoterapi, bentuk-bentuk psikoterapi, dan penegakan dalam psikoterapi.

B.         BENTUK INTERVENSI KLINIS
1.                 REHABILITASI PSIKOSOSIAL
a.       Alternatif intervensi yang berusaha memberikan informasi bagi keluarga/ pasien mengenai masalah/ gangguan yang dialami; membantu pasien memahami, mengurangi/ mencegah munculnya masalah terkait dengan situasi sosial;  atau membantu pasien menormalkan/ mengoptimalkan kembali kualitas hidup mereka terutam di lingkungan sosial.
b.      Contoh rehabilitasi psikososial:
Melatihkan coping stress pada mantan pecandu narkoba; terapi okupasi pada penderita skizofrenia residual; melatihkan pada keluarga penderita skizofrenia mengenali simtom psikotik.

 2.       INTERVENSI PREVENTIF
Caplan (1964), membagi level (3) pencegahan pada masalah kesehatan mental:
a.     Pencegahan Tersier
Usaha mencegah konsekuensi jangka panjang ataupun jangka pendek dari keparahan gangguan yang dialami penderita. Rehabilitasi psikososial à salah satu contohnya.
b.     Pencegahan Sekunder
Usaha pencegahan pada kelompok individu beresiko (high risk population). Level ini akan efektif apabila: menangani faktor pengetahuan pada kelompok resiko tertinggi pada gangguan secara spesifik; penanganan pada kelompok beresiko yang paling mudah dijangkau.
Tujuan: memberikan pengetahuan kepada kelompok beresiko, screening awal, imunisasi/ vaksinasi.
Misal: pembinaan reproduksi sehat pada calon TKW, imunisasi polio pada balita.
c.      Pencegahan Primer
Usaha yang dilakukan untuk mengurangi/ membatasi laju timbulnya gangguan dengan melakukan modifikasi lingkungan atau memperkuat individu agar terhindar menjadi resiko tinggi. Subjeknya komunitas umum.
Tujuan:  Melawan faktor resiko (counteracting risk facto
Memperkuat faktor pengaman (reinforcing protective factor)
Misal: Konseling pra-nikah, penyuluhan anti-flu burung. (Coie, dkk, 1993).
Lima metode dalam level pencegahan primer :
1)      Meningkatkan kelekatan yang aman & mengurangi kekerasan dalam rumah tangga.
2)      Mengajarkan keterampilan kognitif & sosial.
3)      Merubah lingkungan menjadi lebih mendukung berkembangnya perilaku adaptif.
4)      Meningkatkan keterampilan dalam mengelola stres
5)      Mempromosikan pemberdayaan kelompok masyarakat, dengan membantu masyarakat mengendalikan & mengurangi resiko berkembangnya gangguan mental (perubahan sosial)
Misal: mengatasi kemiskinan, mengatasi bayi lahir dengan cacat fisik, memberikan kesempatan yang sama bagi etnis minoritas.

3.       PSIKOTERAPI
Psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan (treatmen) terhadap permasalahan yang sifatnya emosional, dimana seorang terapis secara sengaja membina hubungan profesional dengan klien, dengan tujuan menghilangkan, mengubah, atau memperlambat simtom untuk menghilangkan pola perilaku terganggu, serta meningkatkan perkembangan pribadi ke arah yang positif (Frank, dalam Nietzel, 1998).
A.    Definisi Psikoterapi
Menurut Prawitasari (2002) Psikoterapi adalah proses formal interaksi antara dua orang atau lebih, dengan salah satu berposisi sebagai “penolong” dan lainnya sebagai “yang ditolong” dengan tujuan perubahan atau penyembuhan,
Definisi lain disampaikan oleh Wohlberg (1967 dalam phares dan trull, 2001)
Psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau treatment terhadap masalah
yang sifatnya emosional, dimana seseorang yang terlatih secara sengaja membina
hubungan professional dengan seorang klien dengan tujuan
menghilangkan,mengubah atau memperlambat symptom untuk mengantarai pola
perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
pribadi yang positif.


B.     Tujuan Psikoterapi
Tujuan umum suatu  aktifitas psikoterapi adalah untuk melakukan perubahan positif terhadap klien atas gangguan yang dialaminya. Tujuan psikoterapi dari berbagai pendekatan, menurut Ivey, dkk (1987) dan Corey (1989)Piskoterapi Psikodinamika menurut Ivey membuat suatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Merekonstruksi kepribadian terhadap kejadian masa lalu dan menyusun kepribadian yang baru melalui konflik.
1.      Psikoterapi Rogerian menurut Corey klien dapat mengekplorasi diri dengan stimulus rasa aman dan bebas sehingga ia bisa mengenali hal-hal yang mencegah pertumbuhannya dan mengalami aspek-aspek pada dirinya yang sebelumnya terhambat
2.      Eksistensialis Humanistic menurut  Corey adalah membantu seseorang untuk mengetahui kebebasannya dan menyadari kemungkinan-kemungkinan yang dimiliki untuk merangsang mereka terhadap kejadian-kejadian yang terjadi pada mereka sebelumnya.
3.      Behavioristik menurut Ivey upaya untuk menghilangkan kesalahan dalam berperilaku dan menggantinya dengan perilaku yang lebih sesuai.
4.      Gestalt menurut Ivey bertujuan agar seseorang lebih menyadari kehidupannya dan bertanggung jawab terhadap arah kehidupan seseorang.
5.      Terapi Realitas menurut Corey membantu  seseorang agar lebih efektif dalam memenuhi kebutuhannya serta mampu untuk menilai apa yang sedang dilakukan dan memeriksa seberapa jauh tindakannya berhasil


C.     Bentuk Psikoterapi

Model – model terapi berdasarkan subyek
1.      Terapi kelompok, menentukan pentingnya hubungan interpersonal dan asumsi bahwa ketidakmampuan individu dalam menyesuaikan diri, faktor-faktor yang ada dalam terapi kelompok: sharing informasi baru, membangkitkan harapan, universalisme, altruism, belajar secara interpersonal, recapitulation of the primary family, kohesivitas kelompok
2.      Terapi perkawinan, memfokuskan pada hubungan interpersonal yang dialami oleh suami istri.
3.      Terapi keluarga, diikuti oleh semua anggota keluarga dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi keluarga itu sendiri dan fungsi individual angaota-anggotanya, meliputi prinsip:
a.       Cicural causality, situasi berhubungan dan tergantung satu sama lain
b.      Ekologi, system hanya dapat dipahami sebagai pola yang terintegrasi, bukan bagian-bagian dari komponen.
c.       Subyektifitas, tidak ada pandangan yang obyektifitas atas situasi, hanya persepsi subyektif yang disaring oleh pengalaman individu
                        Berdasarkan fungsinya:
a.       Prevensi, usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, missal : konseling perkawinan, relaksasi untuk kelompok yang mudah stress
b.      Kurasi, usaha yang dilakukan untuk tujuan penyembuhan, missal : terapi untuk orang yang mengalami phobia.
c.       Promosi, usaha yang diberikan untuk meningkatkan kondisi yang mungkin sudah baik, missal : penerapan HBM

D.    Rangkaian Intervensi
Rangkaian perjalan terapi oleh Hokanson (phares dan trull, 2001):
1.      Pertemuan awal, tahap yang menentukan kelancaran dan keberhasilan tahap selanjutnya. Menjelaskan secara umum keberadaan terapi dan jenis bantuan yang diberikan.
2.      Asesmen, prosedur asesmen dipilih berdasarkan sifat dari problem klien, orientasi dari terapis atau faktor-faktor lain. Pengumpulan informasi klien dapat diambil melalui pemberian berbagai macam tes psikologi.
3.      Tujuan treatmen, klien dan terapis mulai mendiskusikan masalah dengan sistematis dan melakukan apa yang diperoleh dari masalah-masalah yang telah terdata asesemennya.
4.      Implementasi treatment, dalam hal ini terapis memutusakan bentuk terapi secara khusus, yang diharapkan klien mulai dipercayakan dapat menghadapi problem secara independen.
5.      Terminasi, evaluasi, dan tindak lanjut,  terapi mengumpulkan data dan membuat catatan tentang kemajuan klien untuk mengevaluasi usaha dan pelayanan mereka.

E.     Pendekatan dalam Psikiterapi
 Psikoterapi kontemporer telah semakin berkembang dengan banyaknya teknik-teknik yang ditemukan dan terus berusaha ditingkatkan efektifitasnya. Meskipun begitu, pendekatan psikoterapi yang saat ini menjadi dasar dan mendominasi adalah pendekatan psikodinamika, behavioral dan humanistic. Tiga pendekatan utama ini tidak hanya berbeda dalam penerapan teknik semata, tetapi juga berbeda dalam konsep mereka mengenai perkembangan kepribadian dan psikopatologi.

1.      Psikodinamika
Psikodinamika merupakan pendekatan psikoterapi yang dicetuskan oleh Sigmund Freud. Phares dan Trull (2001, dalam Ardani, dkk, 2007), menyatakan bahwa pendekatan terapi psikodinamika memfokuskan pada motif-motif ketidaksadaran dan konflik-konflik dalam mencari akar perilaku. Pendekatan psikodinamika cenderung fokus pada analisis pengalaman masa lalu. Sasaran terapi dari psikodinamika adalah untuk membantu motif-motif yang tidak disadari dalam diri seseorang menjadi disadari, karena hanya dengan menyadari motif-motif dalam dirinyalah individu dapat melakukan pilihan.
Bicara mengenai psikodinamika maka kita harus memahami sebelumnya mengenai struktur kepribadian menurut pandangan psikodinamik. Menurut Freud, kepribadian tersusun dari 3 komponen pokok, id, ego dan superego. Id adalah aspek biologis manusia yang berada di dalam dunia batin manusia. Id adalah insting dasar manusia yang berfungsi dengan asas menghindari ketidaknyamanan dan mengejar kenikmatan (pleasure principle). Ego adalah aspek psikologis dalam kepribadian yang timbul untuk mengontrol serta menentukan cara yang masuk akal dalam pemenuhan kebutuhan id. Ego ada untuk menjadi perantara kebutuhan instingtif id dan kebutuhan manusia untuk tetap berhubungan baik dengan kenyataan. Super ego adalah aspek moral yang yang berperan dalam mengendalikan naluri dari id agar bisa disalurkan dalam cara yang diterima oleh masyarakat serta mengarahkan ego pada tujuan yang sesuai dengan nilai-nilai tradisional atau cita-cita masyarakat.
Psikoanalisa memandang jika setiap psikopatologi yang terjadi merupakan akibat dari adanya konflik antara sistem id, ego, dan super ego. Beberapa teknik yang biasanya digunakan oleh psikoanalisa adalah dengan asosiasi bebas, analisa mimpi, dan transferens. Asosiasi bebas adalah teknik dimana klien harus mengungkapkan segala yang muncul dipikirannya, apapun itu, terutama ketika mengingat mengenai pengalaman masa lalu klien tersebut. Ingatan-ingatan tersebut seringkali memberikan petunjuk mengenai susunan kepribadian dan perkembangan seseorang. Analisa mimpi adalah teknik untuk memahami makna simbolik dari mimpi seseorang karena mimpi dianggap suatu cara memenuhi keinginan yang tidak dapat diungkapkan. Transferens, merupakan proses dimana klien beraksi terhadap terapis seolah-olah terapis adalah figur penting yang ada dalam masa lalu klien.

2.      Pendekatan Behavior dan Cognitive Behavior
Pendekatan behavior dan cognitive behavior atau yang dikenal dengan behavior therapy merupakan terapi perilaku yang didasari dari pandangan aliran behaviorisme. Orang-orang behavioris menitikberatkan pada pengaruh lingkungan sebagai faktor utama yang mempengaruhi proses belajar seseorang. Terapi perilaku ini sendiri sulit untuk didefinisikan karena adanya beberapa pendekatan perilaku sendiri yang berbeda dalam model terapi ini.
Beberapa teknik perilaku yang digunakan oleh pendekatan behavioral adalah teknik relaksasi, hirarki kecemasan, exposure therapy, modeling, dan CBT (cognitive behavior therapy). Teknik CBT sendiri merupakan percampuran dari teknik perubahan perilaku dengan perubahan peran kognisi dalam diri seseorang. Hal ini didasari dari perspektif kognitif bahwa kognisi seseorang merupakan penyebab dan pemelihara berlanjutnya suatu masalah. Oleh karena itu terapi ini berfokus untuk merubah kognitif klien terlebih dahulu lalu merubah perilaku yang bermasalah. CBT dipandang sebagai intervensi klinis yang paling efektif hingga saat ini.

3.      Psikoterapi Humanistik – Eksistensial
Pendekatan humanistik merupakan pendekatan yang bermula dari protes terhadap pendekatan yang telah ada sebelumnya yang membatasi dan memaksa fungsi manusia. Pendekatan humanistik memandang manusia sebagai makhluk yang memiliki tujuan dan mampu menentukan pilihannya sendiri. Tujuan terapi dalam pendekatan humanistik adalah untuk memaksimalkan potensi diri klien untuk berkembang dan memperoleh kebahagiaan.
Ada tiga pendekatan psikoterapi utama dalam pendekatan ini, yaitu psikoterapi client-centered Rogers, logoterapi Frankl, dan terapi Gestalt oleh Perls. Psikoterapi client-centered merupakan teknik konseling yang fokus utamanya adalah untuk memberikan perhatian dan membantu klien untuk menetapkan dan memutuskan tujuan terapi. Konseling dalam terapi ini menitikberatkan pada sikap seorang terapis untuk membantu klien dibandingkan dengan pengetahuan dan penguasaan tekniknya.
Logoterapi adalah bentuk terapi eksistensialisme dimana teknik ini mendorong klien untuk menemukan arti dalam suatu hal atau peristiwa yang sepertinya tidak memiliki makna. Penekanan logoterapi adalah tidak hanya melihat peristiwa yang terjadi di masa lampau semata, tetapi lebih menitikberatkan pada peristiwa yang terjadi saat ini dan bagaimana melihat masa depan. Terapi Gestalt adalah terapi yang memfokuskan pada pengalaman saat ini dan kesadaran yang segera terhadap emosi dan tindakan. Terapi Gestalt memiliki konsep bahwa individu harus mengembangkan kesadaran tidak hanya mengenai diri mereka sendiri tetapi juga cara dimana mereka menolak diri mereka sendiri.
.
F.      Macam-macan Psikoterapi berdasarkan subjek
Teknik dalam melakukan psikoterapi, seringkali dapat dibedakan berdasar jumlah subjek dan kedudukan peran subjek, meskipun dalam tiap sesi-nya dapat saja masing-masing subjek mendapat penugasan atau sesi terpisah.
a.       Individual
 tujuan dalam terapi ini murni untuk kepentingan satu orang klien.
b.      Pasangan/ Couple
c.        ering dikenali sebagai Marital Therapy, yang bertujuan memahami dan memperbaiki interaksi dalam suatu hubungan yang lebih intim.
d.      Kelompok
Bukan sekedar terapi yang diberikan pada sekelompok individu. Diperkenalkan oleh Joseph Pratt (Boston) sejak awal tahun 90’an.
Memiliki tujuan memperbaiki kemampuan seseorang dalam bidang tertentu, melalui interaksi dalam satu kelompok yang memiliki kesamaan problem.
Standar dalam terapi kelompok:
a)      Berbagi informasi
b)      Mengembangkan harapan positif
c)      Kebersamaa
d)     Saling membantu (altruism) à makna hidup
e)      Pembelajaran interpersonal
f)       Kekeluargaan
g)      Kohesif à meningkatkan kepercayaan diri klien
e.        Keluarga
Bertujuan mengubah pola interaksi antar anggota keluarga untuk memperbaiki masalah dalam keluarga tersebut.






C.          ALUR UMUM DALAM  INTERVENSI KLINIS
1.      Pertemuan awal
Identifikasi klien, simtom, dan keluhan
2.      Assessment
Menggali data/ info sesuai tujuan kedatangan klien. Metode: observasi, interviu, tes, dokumentasi
3.      Tujuan Intervensi
dilakukan setelah integrasi data assessment,ditentukan bersama klien/ pihak terkait.
4.      Implementasi Terapi
Mirip dengan kontrak kerja/ sosialisasi program (membicarakan: waktu, sasaran, tujuan program).
5.      Pelaksanaan
penggunaan teknik-teknik intervensi tertentu. Perlu memperhatikan skill klinisi dalam melakukan intervensi
6.       Evaluasi
Terhadap pencapaian, program, & rencana tindak lanjut. Biasanya berbentuk research based on cases.

 KESIMPULAN
Itervensi Psikologi Klinis dalah upaya untuk merubah perilaku, pikiran dan perasaan seseorang. Intervensi tidak hanya dilakukan oleh psikolog dan dapat digunakan dalam berbagai bidang. Salah satu intervensi dalam konteks hubungan professional antara psikolog dan pasien adalah psikoterapi. Bentuk-bentuk intervensi klinis diantaranya adalah rehabilitasi psikososial,intervensi preventif dan psikoterapi.
Dalam Psikoterapi terdapat tiga pendekatan utama yaitu psikodinamika,pendekatan Behavior dan cognitive Behavior ,dan terakhir adalah Psikoterapi Humanistik-Eksistensial, yang berbeda dalam konsep mengenai perkembangan kepribadian dan psikopatologi . Alur umun dalam Intervensi Psikologi Klinis meliputi pertemuan awal,assessment,tujuan dari intervensi,implementasi terapi,pelaksanan,dan evaluasi.